Perkebangan Agama Islam di Indonesia

Indonesia merupakan negeri yang mempunyai populasi Muslim terbanyak di segala dunia. Pada dikala ini diperkirakan kalau jumlah umat Muslim menggapai 207 juta orang, sebagian besar menganut Islam aliran Suni. Jumlah yang besar ini mengimplikasikan kalau dekat 13% dari umat Muslim di segala dunia tinggal di Indonesia serta pula mengimplikasikan kalau kebanyakan populasi penduduk di Indonesia memeluk agama Islam( nyaris 90% dari populasi Indonesia). Tetapi, kendati kebanyakan penduduk beragama Islam, Indonesia tidaklah negeri Islam yang bersumber pada pada hukum- hukum Islam.

Malah, Indonesia merupakan suatu negeri sekuler demokratik namun dengan pengaruh Islam yang kokoh. Semenjak dini berdirinya negeri ini, telah terdapat banyak perdebatan politik menimpa bawah pandangan hidup negeri Indonesia. Beberapa kelompok Islam konservatif( tercantum beberapa partai politik) berkomentar kalau Indonesia sepatutnya jadi suatu negeri Islam. Tetapi, sebab terdapat puluhan juta penduduk non- Muslim- apalagi banyak penduduk yang menganut Islam di Indonesia bukan orang Muslim yang mempraktekkannya dengan sangat ketat( nominal Muslim)-, berdirinya suatu negeri Islam( sekalian pelaksanaan hukum syariah) senantiasa dikira selaku faktor perpecahan serta separatisme.

Apalagi, partai- partai politik yang menunjang pendirian negeri Islam di Indonesia belum sempat pernah mencapai suara kebanyakan penduduk selama sejarah perpolitikan di Indonesia. Apalagi bersumber pada hasil pemilihan- pemilihan sehabis Orde Baru Suharto, partai- partai Islam yang konservatif kayaknya malah kehabisan sokongan dibanding partai- partai sekuler serta sebab itu nyatanya kecil mungkin kalau Indonesia hendak jadi negeri Islam di masa mendatang. Tetapi, memanglah benar pula kalau aliran Islam yang konservatif dalam warga Indonesia nyatanya pernah tingkatkan pengaruhnya terhadap politik regional serta politik nasional semenjak 2017( topik ini dibahas lebih lanjut di dasar).

Proses Islamisasi di Indonesia( ataupun tepatnya di daerah yang saat ini diketahui selaku Indonesia) sudah berlangsung sepanjang berabad- abad serta terus bersinambung sampai dikala ini. Islam jadi suatu kekuatan yang mempengaruhi lewat serangkaian gelombang dalam berjalannya sejarah( gelombang- gelombang ini ialah perdagangan internasional, pendirian bermacam kesultanan Islam yang mempengaruhi, serta gerakan- gerakan sosial) yang hendak dipaparkan lebih lanjut dengan perinci di dasar ini.

Tetapi, pula benar kalau pelaksanaan agama Islam di Indonesia pada dikala ini mempunyai kepribadian yang bermacam- macam sebab tiap daerah mempunyai sejarah tertentu yang dipengaruhi oleh sebab- sebab yang unik serta berbeda- beda. Mulai dari akhir abad ke- 19 hingga dikala ini, Indonesia- secara keseluruhan- memiliki sejarah universal yang lebih seragam sebab para penjajah( serta dilanjutkan oleh para pemimpin nasionalis Indonesia) menetapkan dasar- dasar nasional di wilayahnya. Proses unifikasi ini pula membuat agama Islam di Indonesia- dalam proses yang lambat- semakin kehabisan keanekaragamannya. Tetapi, perihal ini dapat ditatap selaku pertumbuhan yang logis dalam proses Islamisasi di Indonesia.

Di dalam sebagian tahun terakhir, media- baik nasional serta internasioanal- melaporkan penyerangan- penyerangan pada kelompok- kelompok agama minoritas di Indonesia( semacam Ahmadiyah serta Kristen). Beberapa kelompok Muslim radikal semacam Front Pembela Islam( FPI) memakai kekerasan( ataupun ancaman kekerasan) buat memeperjuangkan idealisme mereka; tercantum dengan melawan umat Islam yang lain, contohnya dengan melanda penduduk beragama Islam yang menjual santapan pada siang hari sepanjang bulan puasa( Ramadhan). Sangat menguatirkan kalau Pemerintah Indonesia serta majelis hukum di Indonesia tidak berperan tegas melawan kelompok- kelompok radikal semacam ini. Perihal ini menampilkan kalau Pemerintah mempunyai dominasi yang lemah dalam perihal pemakaian kekerasan( weak monopoly on violence). Tetapi, butuh ditekankan kalau kebanyakan penduduk Muslim di Indonesia sangat menunjang pluralisme serta kerukunan antar umat agama.

Pulau- pulau Indonesia dengan kebanyakan penduduk Muslim:

  1.  Sumatra
  2.  Jawa
  3.  Kalimantan( wilayah pesisir)
  4.  Sulawesi
  5.  Lombok
  6.  Sumbawa
  7.  Maluku Utara

Islam in Indonesia, Islands with Muslim majority Population Indonesia Investments

Daerah barat Indonesia yang padat penduduknya pada biasanya mempunyai jumlah penduduk Muslim yang lebih besar dibanding dengan daerah timur Indonesia. Sebab perdagangan mempunyai kedudukan yang signifikan dalam proses Islamisasi di Indonesia, pulau- pulau yang lebih dekat dengan rute- rute perdagangan utama menerima lebih banyak pengaruh Islam. Daerah barat Indonesia, yang sudah jadi bagian dari jalan perdagangan global semenjak sejarah dini manusia, lebih banyak menerima pengaruh- pengaruh Islam yang disebarkan lewat proses perdagangan, serta sebab itu hadapi proses kebangkitan serta kejatuhan kesultanan- kesultanan Islam semenjak abad ke- 13. Perihal ini paling utama terjalin di daerah dekat Selat Malaka( yang terletak di antara Malaysia serta Indonesia) yang dari dahulu( hingga saat ini) merupakan salah satu jalan perdagangan laut tersibuk di dunia.

Melompat ke masa saat ini, Indonesia hadapi perkembangan ekonomi yang lumayan kilat semenjak tahun 1970an: jumlah penduduk kelas menengah meningkat dengan kilat serta perihal ini ditunjukkan dengan kenaikan berkepanjangan produk dalam negeri bruto per kapita( berarti penduduk terus menjadi banyak komsumsi produk serta jasa). Terlebih warga Indonesia- seperti pula trennya di segala dunia- semakin hadapi proses urbanisasi( suatu proses yang berhubungan erat dengan modernisasi serta industrialisasi).

Mengingat penduduk Muslim setara dengan nyaris 90% dari jumlah total penduduk Indonesia, mereka dipengaruhi oleh perkembangan- perkembangan ini( ialah kenaikan mengkonsumsi serta urbanisasi). Di kota- kota besar( paling utama di pulau Jawa yang ialah pulau sangat padat penduduk di Indonesia) kelompok warga ini menampilkan style hidup yang terus menjadi konsumtif. Perihal ini paling utama berlaku buat komponen kelompok Muslim moderat yang berjumlah sangat besar. Mereka terus menjadi mempraktikkan style hidup perkotaan yang modern, yang didukung dengan alat- alat elektronik serta style busana terkini. Meski peminat mode Islam lagi bertambah lumayan kilat di Indonesia, permintaan buat perbankan syariah serta pelancongan halal masih senantiasa rendah( apalagi pelancongan halal malah dibesarkan selaku strategi buat menarik turis Muslim asing buat menghabiskan liburan di Indonesia).

Kehadiran Islam di Indonesia

Meski susah buat mengenali secara persis pertumbuhan dini agama Islam di kepulauan ini( sebab minimnya sumber data), lumayan jelas kalau perdagangan intenasional ialah aspek yang sangat berarti. Mungkin besar para orang dagang Muslim dari bermacam negeri sudah terdapat di daerah maritim Asia Tenggara semenjak periode dini Islam. Sumber- sumber sangat dini memberi tahu kalau beberapa penduduk asli sudah memeluk agama Islam semenjak dini abad ke- 13.

Sedangkan itu, batu- batu nisan mengindikasikan keberadaan suatu kerajaan Muslim di Sumatra Utara pada tahun 1211. Bisa jadi kerajaan- kerajaan lokal mengadopsi agama baru ini sebab dapat membagikan keuntungan- keuntungan tertentu dalam perdagangan dengan para orang dagang asing yang sebagian besar beragama Islam. Bukanlah jelas kenapa para penduduk asli Nusantara nyatanya baru memeluk agama Islam berabad- abad sehabis agama ini telah datang serta diketahui di daerah tersebut. Baru dari abad ke- 15 serta berikutnya, kerajaan- kerajaan serta kesultanan- kesultanan Islam jadi kekuatan politik dominan di kepulauan ini, walaupun mereka hendak setelah itu dikalahkan oleh para pendatang baru dari Eropa( Portugis serta Belanda) di abad ke- 16 serta abad ke- 17.

Alterasi Agama Islam di Indonesia

Tibanya Islam di kepulauan ini mempunyai dampak- dampak yang bermacam- macam untuk komunitas- komunitas lokal bergantung konteks historis serta sosial dari daerah tempat kedatangannya. Di sebagian bagian dari Nusantara, kota- kota bermunculan akibat para orang dagang Muslim mendirikan tempat permukiman di situ. Tetapi di wilayah- wilayah lain, Islam tidak sempat jadi agama kebanyakan, mungkin sebab posisinya jauh dari rute- rute perdagangan yang berarti( semacam daerah Indonesia timur yang terletaknya jauh dari jalan dagang utama, apalagi terletaknya di semacam kekosongan ekonomi). Sedangkan itu, di wilayah- wilayah yang mempunyai pengaruh kokoh dari kebudayaan animisme ataupun Hindu- Buddha, penyebaran agama Islam diblokir oleh kebudayaan- kebudayaan yang sudah terdapat( semacam di daerah Bali yang didominasi kebudayaan Hindu hingga dikala ini) ataupun agama Islam jadi bercampur dengan sistem- sistem keyakinan( animisme) yang telah terdapat( contoh- contohnya masih dapat ditemui di Jawa Tengah).

Semenjak terbitnya buku( terkemuka) Clifford Geertz bertajuk The Religion of Java( diterbitkan pada tahun 1960), para ilmuwan cenderung membagi komunitas Islam Jawa( kelompok Muslim terbanyak di Indonesia) di dalam 2 kelompok:

  • • Abangan; mereka merupakan umat Muslim tradisionil yang berarti mereka masih mempraktikkan dogma- dogma agama tradisional Jawa; yang mengombinasikan ajaran Islam dengan agama Hindu, Buddha, serta animism. Anggota dari kelompok ini biasanya bertempat tinggal ataupun berasal dari daerah pedesaan.
  • • Santri; kelompok ini dapat diucap selaku umat Muslim ortodoks. Mereka biasanya bertempat tinggal ataupun berasal dari daerah perkotaan serta lebih berorientasi pada mesjid serta Al- Quran.

Geertz sesungguhnya pula melaporkan terdapat kelompok ketiga, ialah priyayi( kelompok bangsawan tradisional), tetapi sebab ini ialah kelompok kelas sosial serta bukan kelompok agama, hingga kelompok priyayi ini tidak kami masukkan dalam pembagian warga di atas.

Penyebaran Islam di Indonesia sepatutnya tidak ditatap selaku proses yang kilat serta yang berasal dari satu asal ataupun sumber saja. Kebalikannya, lebih pas jika ditatap selaku proses yang didorong sebagian gelombang Islamisasi yang sangat berkaitan dengan pertumbuhan internasional dalam dunia Islam; suatu proses yang terus bersinambung hingga dengan hari ini. Semacam yang sudah dipaparkan di atas, para orang dagang Muslim yang tiba ke daerah kepulauan ini pada abad- abad awal masa Islam dapat dikira selaku gelombang awal. Gelombang kedua pula telah kami sentuh di atas, ialah pendirian kerajaan- kerajaan Islam di Nusantara( serta sehabis raja masuk agama Islam, rakyatnya umumnya mengikutinya). Topik ini dibahas jauh lebih terperinci di bagian sejarah prakolonial Indonesia.

2 gelombang reformasi berarti yang lain yang bertujuan buat mengembalikan kemurnian Islam- seperti yang diterapkan pada masa Nabi Muhammad- adalah gerakan Wahabi serta gerakan Salafi. Kedua gerakan ini tiba dari jauh: gerakan Wahabi tiba dari Arab serta mulai membagikan pengaruh di daerah kepulauan ini semenjak dini abad ke- 19, sedangkan gerakan Salafi tiba dari Mesir pada akhir abad ke- 19. Kedua gerakan ini mempunyai akibat yang sangat kokoh dalam proses penyebaran agama Islam ortodoks di Nusantara.

Pertumbuhan berarti yang lain di proses Islamisasi di Indonesia merupakan pembukaan Kanal Suez pada tahun 1869 yang mengimplikasikan- karena ekspedisi ke Mekah jadi lebih mudah- adanya lebih banyak peziarah antara Indonesia serta Mekkah. Perihal ini menimbulkan terus menjadi intensifnya komunikasi Indonesia dengan pusat- pusat agama di Timur Tengah.

Kendati begitu, gelombang- gelombang Islamisasi pula menimbulkan ketegangan serta perpecahan di dalam komunitas Islam Indonesia sebab tidak seluruh orang sepakat dengan kehadiran gerakan Islam ortodoks. Contohnya, perbandingan antara komunitas modernis( santri) serta komunitas tradisionalis( abangan) diakibatkan sebab respon komunitas tradisionalis melawan gerakan reformasi di abad ke- 19. Perbandingan ini masih nampak dalam 2 organisasi Islam yang sangat mempengaruhi di Indonesia pada dikala ini. Muhammadiyah, suatu organisasi sosial yang didirikan pada tahun 1912 di Jawa, mewakili komunitas Islam modernis yang menolak Islam Jawa yang mistis( tradisional). Pada dikala ini, kelompok ini mempunyai dekat 50 juta anggota. Selaku respon atas pendirian Muhammadiyah, para pemimpin tradisional Jawa mendirikan Nahdlatul Ulama( NU) pada tahun 1926. Para anggota NU masih dipengaruhi oleh elemen- elemen mistis saat sebelum kehadiran agama Islam. Para pemimpin NU pula cenderung lebih toleran pada agama- agama lain. Jumlah anggotanya dikala ini menggapai 90 juta orang.

Meningkatnya Pengaruh Islam Konservatif terhadap Politik Indonesia?

Terdapat kekhawatiran tentang meningkatnya pengaruh kelompok- kelompok Islam garis keras terhadap politik wilayah serta politik nasional Indonesia. Kekhawatirannya merupakan kalau pertumbuhan ini tidak baik buat pluralisme agama di Indonesia serta pula tidak baik buat kelompok- kelompok minoritas, semacam komunitas LGBT.

Pada tahun 2014 seseorang Kristen( serta etnis Tionghoa), Basuki Tjahaja Purnama( Ahok), mengambil alih Joko Widodo selaku Gubernur Jakarta. Tadinya Ahok jadi Wakil Gubernur( 2012- 2014) namun, secara hukum, mengambil alih Widodo kala Widodo jadi Presiden Indonesia yang ketujuh pada tahun 2014. Meski kelompok garis keras tidak sepakat seseorang non- Muslim mengetuai kota yang mayoritasnya Muslim, tidak terdapat permasalahan yang signifikan sampai akhir 2016.

Pada akhir 2016, dalam konteks pemilihan gubernur Jakarta tahun 2017, Ahok membuat penghujatan kala ia berkata sebagian masyarakat Jakarta tidak hendak memilah Ahok sebab mereka" terancam serta tertipu" oleh mereka yang memakai ayat Al- Maida 51 dari Al- Quran( yang melarang populasi Muslim dipandu oleh pemimpin non- Muslim). Sehabis suatu video( yang memanipulasi statment Ahok) jadi viral di media( sosial), kritik timbul, paling utama dari kelompok Muslim garis keras.

Serangkaian demonstrasi besar, yang diselenggarakan oleh kelompok- kelompok garis keras, terjalin di Jakarta yang membagikan tekanan besar pada warga. Ketegangan agama membuat banyak orang Muslim memutuskan buat menguatkan bukti diri Muslim mereka. Misalnya, perempuan yang tadinya tidak sempat menggunakan hijab seketika mulai menggunakan hijab, sedangkan laki- laki yang tidak sering memakai frase Arab di media sosial seketika mulai kerap memakai frase- frase Arab, ataupun, memasang foto profil baru di media sosial yang menggambarkan mereka dalam baju Muslim. Hingga, ketegangan agama yang besar ini menimbulkan gelombang Islamisasi yang berikut di Indonesia.

Ahok di setelah itu hari diadili dalam masalah penistaan agama, serta dihukumi 2 tahun penjara( suatu putusan yang kontroversial; kemungkinannya para hakim pula diintimidasi oleh ketegangan agama dikala itu). Sedangkan itu, Ahok pula dikalahkan dalam pemilu gubernur Jakarta 2017 oleh Anies Baswedan. Buat kelompok- kelompok garis keras ini merupakan kemenangan besar( memandang Ahok masuk penjara serta dikalahkan di pemilu). Bisa jadi buat awal kalinya mereka merasa mempunyai pengaruh terhadap politik Indonesia.

Kekacauan serta ketegangan agama yang terpaut dengan pemilihan gubernur Jakarta tahun 2017 mungkin jadi meluas ke pemilihan presiden serta legislatif 2019 di Indonesia. Lagi pula, Presiden Widodo dikira selaku sekutu Ahok. Oleh sebab itu, kelompok- kelompok garis keras pula mulai mengejar Widodo. Tidak hanya itu, kandidat presiden yang kontroversial, Prabowo Subianto, malah menjangkau para garis keras sebab kerja sama tentu tingkatkan peluangnya dalam pemilihan presiden. Tetapi, Widodo sukses menangkis serbuan dari kelompok garis keras dengan memilah ulama Muslim konservatif yang populer, Maruf Amin, selaku kandidat wakil presiden dalam pemilihan presiden 2019.

Maruf Amin, yang dihormati oleh mayoritas golongan Islam tercantum kelompok- kelompok garis keras, bersaksi melawan Ahok dalam permasalahan penistaan agama, serta dia pula di balik banyak fatwa( dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia, MUI) yang melawan hak- hak agama ataupun aliran minoritas, tercantum Ahmadiyah serta komunitas Syiah, dan komunitas LGBT. Sedangkan fatwa- fatwa itu tidak mengikat secara hukum, toh fatwa- fatwa tersebut jadi digunakan buat melegitimasi retorika yang terus menjadi galak oleh pejabat pemerintah Indonesia terhadap orang- orang LGBT, apalagi fatwa itu digunakan buat melegitimasi pemicuan kekerasan oleh para Islamis terhadap sebagian agama minoritas.

Walaupun ketegangan agama di Indonesia sirna dengan kilat sehabis Amin duduk di sebelah Widodo( serta mereka sukses memenangkan pemilihan presiden 2019), pemilu presiden 2019 pula bisa dikira selaku kemenangan untuk Islam konservatif sebab saat ini terdapat seseorang ulama Muslim yang konservatif di posisi politik nasional yang besar( hingga memiliki pengaruh politik). Siapa ketahui ini jadi preseden buat pemilihan universal di masa depan: wapres wajib berasal dari golongan ulama. Serta, yang lumayan menarik, ini seluruh tidak terjalin bila masa jabatan Ahok selaku Gubernur Jakarta berakhir dengan sirna. Jadi, walaupun pada awalnya- pada tahun 2014- banyak orang( tercantum pembela hak asasi manusia) menyanjung kenyataan kalau seseorang Kristen bisa jadi gubernur Jakarta, pada kesimpulannya itu malah merangsang gelombang baru dalam proses Islamisasi di Indonesia, serta pula menguatkan pengaruh kelompok- kelompok Muslim garis keras terhadap politik nasional indonesia.

Islam Radikal di Indonesia

Semenjak tahun 1990- an, pengaruh Islam terus menjadi nampak jelas di jalan- jalan di Indonesia serta mulai memainkan kedudukan yang lebih berarti dalam kehidupan tiap hari umat Muslim. Contohnya, jumlah perempuan Indonesia yang memakai hijab ataupun kerudung sudah bertambah secara signifikan, serta beribadah di mesjid terus menjadi jadi bagian dari kehidupan tiap hari.

Tetapi, berarti buat menguasai kalau pertumbuhan Islamisasi ini samasekali bukanlah sama dengan radikalisme( ataupun Islamisme). Sebagian besar umat Muslim di Indonesia mempunyai toleransi besar pada agama- agama lain beserta aliran- aliran lain di dalam Islam. Cuma sekelompok kecil warga di Indonesia yang sepakat serta/ ataupun berpartisipasi dalam aktivitas- aktivitas radikal. Terlebih, cuma sekelompok sangat kecil yang terlibat- atau sepakat dengan- aksi teror( walaupun terdapat kekhawatiran kalau kelompok ini lagi berkembang belum lama ini).

Walaupun radikalisme Islam di Indonesia memperoleh lebih banyak sorotan di media semenjak penyerangan 11 September 2001 di New York( paling utama sehabis sebagian pemboman di Bali serta Jakarta pada tahun 2000an), ini tidaklah fenomena baru di Indonesia. Insiden- insiden yang mengaitkan radikalisme Islam sudah terjalin jauh tadinya, semacam pemberontakan- pemberontakan Darul Islam pada tahun 1950an, pemberontakan- pemberontakan wilayah pada akhir 1950an, pembantaian komunis pada tahun 1965- 1966, pembajakan pesawat pada tahun 1981, bermacam serbuan pada gereja Kristen serta monumen Buddha, serta serangan- serangan pada tempat- tempat yang dikira haram( rumah bordil, bar, serta tempat perjudian) pada sebagian dekade terakhir. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Cepat Belajar Bahasa Inggris Autodidak, Pilih Sesuai Minat Kamu

Tips Sukses Jualan Pulsa Tanpa Modal

Cara Benar Mengurangi Mata Minus Secara Alami